Cover Buku via Pemudapedia.com |
Globalisasi, menjadi sebuah kesempatan atau
ancaman. Globalisasi menawarkan kesempatan kepada siapapun. Jika tak bisa
menggunakan kesempatan tersebut, maka jadilah sebuah ancaman. Nah, bagaimana
cara untuk memanfaatkan peluang di era globalisasi ini?
Berangkat dari pertanyaan itulah mungkin
hadirnya bacaan yang akan kita bahas kali ini: Ketika Mozart Kecil Memainkan
Jemarinya (Bagaimana Mencetak Genius Yang Bahagia). Buku yang ditulis
oleh It Pin Arifin. Buku ini
recommended buat sobat muda yang sedang bingung bagaimana cara agar mempunyai
keahlian kelas dunia. Seperti Mozart, Isaac Newton, Michael Jordan dan lainnya.
Supaya lebih sederhana dan mudah dipahami,
kita akan membahasnya perbagian. Dan buku ini hanya terdiri 6 bagian.
1. Prolog: Membahas mitos gen dan IQ unggul
Di prolog ini kita diajak untuk mengetahui faktan dari
mitos-mitos yang selama ini beredar di masyarakat luas. Salah satunya adalah
bahwa kecerdasan itu merupakan keturunan. Benarkah? Ternyata salah. Dibuku ini
di ceritakan sosok Francis Galton untuk membantah mitos tersebut. Francis Galton, seorang multi-talenta dizaman
Victoria Inggris yang merupakan sepupu dari Charles Darwin, adalah sosok yang
membuat banyak orang perca bahwa kecerdasan adalah keturunan. Setelah berbagai
riset yang Francis Galton lakukan, lalu ia berargumen bahwa kecerdasan yang
diturunkan hanya berupa potensi. Untuk mewujudkan potensi tersebut diperlukan 2
unsur, yakni kerja keras dan semangat. Dia menyadari pentingnya latihan fisik
untuk meningkatkan kinerja motorik yang diasah melalui pendidikan dan belajar.
2. Dimensi Fisik: Latihan yang terencana
Ini merupakan bab awal dalam buku ini. Dibagian ini sudah
membahas tentang Bagaimana Mencetak
Genius Yang Bahagiayang menjadi judul buku ini. Dalam bab ini dibahas,
untuk membentuk seseorang yang genius atau memiliki kemampuan kelas dunia dalam
suatu bidang adalah adanya latihan. Didalam bab ini disinggung tentang “aturan
10.000 jam”. Tak hanya kuantitas, namun harus berkualitas. Biasa dikenal dengan
deliberate practice. Secara sederhana
dapat dirumuskan:
Keahlian kelas dunia = kuantitas latihan
(min. 10.000 jam) x kualitas latihan
Jadi, apa yang membedakan praktik biasa (contohnya
berkendara motor atau mobil) dengan praktik kualitas (Contohnya pembalap Moto
GP atau Formula 1)? Yakni pada konsentrasi.
3. Dimensi Mental: Pengetahuan yang terorganisir
Lanjut dibab selanjutnya adalah terkait dengan mental.
Salah satu hal menarik yang dibahas adalah tentang teknik pengulangan chunk. teknik ini dilakukan agar bidang
yang kita pelajari bisa maksimal. Contohnya jika seseorang sedang mempelajari
sebuah lagu, usahan jangan coba menguasai selutuh bagian/kuncinya. Namun
cobalah untuk mengulang sampai sempurna satu bagian/kunci sampai mahir. Memang
terlihat lambat. Namun percayalah, apa yang keliatan lambat, jika dilakukan
dengan benar, akan lebih cepat.
4. Dimensi Emosional: Motivasi terfokus
Dalam melakukan deliberate
practice tentunya akan melalui proses yang melelahkan dan kadang
membosannya. Nah, untuk itu diperlukan motivasi. Penting memiliki motivasi yang
terfokus pada tujuan tunggal. Semakin jelas tujuan, maka kita akan terus
tersemangati untuk mencapainya. Motivasi bisa dating dari dalam diri maupun
dari orang lain. Namun yang paling penting adalah motivasi yang berasal dari
dalam diri kita.
5. Dimensi Spritual: Misi yang diyakini
Bagi sobat muda yang belum menemukan misi hidup, sayang
sekali belum ada rumus yang bisa memastikan sobat muda menemukannya. Walaupun
demikian, ada satu rumus sederhana yang bisa mengarahkan sobat muda mencari di
tempat yang benar. Rumus tersebut adalah:
Misi hidup= (Nilai-nilai utama + Keahlian) +
Kebutuhan yang lebih besar
Secara ringkas, rumus tersebut menyatakan bahwa misi
hidup kita adalah hasil pertemuan anatara niali-nilai utama dan keahlian yang
kita miliki dengan kebutuhan yang lebih besar. “Keahlian” adalah apa yang bisa
kita laukan dengan sangat baik, diatas
rata-rat populasi. Sebisa mungkin itu adalah bidang yang paling kita
sukai. Sedangkan “nilai-nilai utama” adalah nilai-nilai kepercayan yang kita
pegang teguh, yang tanpa disadari namun memiliki pengaruh besar terhadap
pikiran, perbuatan dan perkatan kita. Selanjutnya mengapa Kebutuhan yang lebih
besar? Karena itulah hakikat manusia, karena manusia adalah makhluk induvidu
dan makhlus sosial secara bersamaan. Kebahagiaan hanya bisa muncul bisa kita
menemukan keselarasan di antara kedua aspek manusia tersebut.
6. Epilog: Biarkan berlian Anda bersinar
cemerlang!
Keselarasan antara empat dimensi (Dimensi fisik, mental,
emosional dan spiritual) membantu hidup kita agar efisien dan efektif secara
bersamaan. Keempat dimensi jika dibuat diagram maka akan membentk sebuah
berlian. Kenapa berlian bukan granit (yang digunakan sebagai bahan tulis
pensil)? Sebenarnya keduanya berasal dari bahan yang sama, yakni karbon. Tetapi
kenapa yang satu dihargai selangit, dan satunya lagi komoditi tak bernilai?
Berlian menjadi berlian karena ditempa slama jutaan tahun oleh panas dan
tekanan yang besar di dalam perut bumi. Demikian juga kita yang ingin menjadi
berlian. Kita harus siap melalui proses panjang penempaan seperti itu.syaratnya
adalah keselarasan keempat dimensi tersebut.
Itulah
sobat muda isi dari bacaan inspiratif edisi kali ini. Semoga bisa menjadi
referensi buat kalian yang sedang mencari bacaan yang bergizi. Untuk menambah penjelasan, berikut videonya:
Semoga
bermanfaat. Salam Pemudapedia! Pemuda
berkarya. Pemuda berdaya.
0 Comments
EmoticonEmoticon